Website Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet sudah pindah domain
Anda akan dialihkan ke domain yang baru dalam (10) detik...







Jika pengalihan tidak berhasil silahkan klik DISINI untuk beralih secara manual

Jl.H.Ramli No.24, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12870 | Tel (021)8303111 | Fax (021)8318217 | E-mail sanfransis@gmail.com

SELAMAT DATANG, PINTU PESTA TUHAN TELAH TERBUKA UNTUK ANDA, SILAHKAN MASUK... "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dengarkanlah perkataannya" (Kel 23:20-21)

Halaman Muka | Renungan Harian | Dewan Paroki | Wilayah dan Lingkungan | Foto

Jumat, Agustus 03, 2012

3 Agustus 2012
Pekan Biasa XVII (H)
St. Stefanus I, Paus

Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: ”Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: ”Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mukjizat diadakan-Nya di situ.

Renungan
Kejadian yang menimpa Yeremia sangat ironis. Upayanya menyampaikan firman Tuhan sebagai koreksi dan kritik atas perilaku yang menyimpang dari penduduk Yehuda justru ditentang dan ditolak. Yeremia diusir bahkan diancam untuk dibunuh. Hal yang sama juga dialami oleh Yesus. Orang-orang sekampungnya tidak menghargai kehadiran dan pengajaran-Nya hanya karena orangtua-Nya yang sudah dikenal sebagai tukang kayu dan saudara-saudara-Nya orang biasa-biasa saja. Betapa tidak, kesombongan dan keangkuhan selalu menjadi penyakit kronis dan penghalang bagi tercipta atau terwujudnya kebaikan dan keselamatan.

Jika hidup kita mau berkembang dan maju ke arah yang lebih baik maka salah satu sikap yang harus dimiliki adalah kerelaan dan kerendahan hati mendengarkan koreksi atau kritik dari orang lain. Koreksi dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan, apalagi kalau kita menyadari sebagai manusia yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Apabila ada saudara atau rekan, bahkan orang yang kurang kita kenal memberikan koreksi atas kekeliruan kita, maka kita harus bersyukur. Koreksi kita terima bukan hanya sebagai bentuk kepedulian orang lain kepada kita melainkan sebagai berkat yang sungguh kita butuhkan.

Ya Allah yang mahabaik, mampukanlah aku selalu rendah hati dan rela mendengar­kan koreksi dan kritik dari saudara-saudariku, karena hanya dengan demikian aku akan berkembang ke arah yang lebih baik dalam kehidupanku. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2012

0 comments: