Rabu, November 20, 2013
Selasa, September 25, 2012
Jumat, Agustus 17, 2012
17 Agustus 2012
HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA (P)
St. Gregorius Thaumaturgos; St. Gregorius dr Tours
- Bacaan I: Sir. 10:1–8
- Mazmur: Mzm 101:1a.2ac.3a.6–7; R: Gal. 5:13
- Bacaan II: 1Ptr. 2:13–17
- Injil: Mat. 22:15–21
Renungan
Hari ini Bangsa Indonesia merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-67. Seluruh rakyat Indonesia patut merayakannya sebagai bentuk syukur dan ungkapan cinta akan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbagai macam kegiatan dilakukan untuk merayakan dan meramaikan HUT Kemerdekaan. Apa pun bentuk ungkapan perayaan yang dibuat, yang penting momen ini disadari penuh sebagai kesempatan untuk mensyukuri rahmat kemerdekaan, menyadari panggilan dan tanggung jawab mengisi kemerdekaan, serta mengingatkan kita semua pada cita-cita awal berdirinya negara kita. HUT Kemerdekaan ini merupakan saat yang tepat bagi kita sebagai bagian dari anak bangsa untuk menegaskan partisipasi dalam gerak dan proses pembangunan. Sekecil apa pun yang bisa kita buat, tetap berarti bagi bangsa dan negara kita.
Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengingatkan tanggung jawab dan peran sebagai warga negara sesuai dengan status dan keberadaan masing-masing. Pertanyaan untuk kita adalah tanggung jawab dan peran apa yang relevan untuk kita berikan kepada bangsa kita saat ini? Patut kita pikirkan bersama adalah memperkokoh pilar bangsa Indonesia, yakni NKRI, UUD 1945, PANCASILA dan SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Mari, sebagai umat Katolik yang adalah bagian dari bangsa ini, berdaya upaya mempertahankan dan memperkokoh pilar tersebut.
Bapa yang mahabaik, aku mengucap syukur atas rahmat kemerdekaan bagi bangsaku. Rahmatilah aku dan para pemimpin bangsaku, dengan segala berkat yang diperlukan untuk mengambil bagian dalam mewujudkan bangsaku yang adil, makmur, dan sejahtera. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2012
Labels:
Renungan harian,
Ziarah Batin
Selasa, Agustus 14, 2012
14 Agustus 2012
Pekan Biasa XIX
Pw. St. Maximilianus Maria Kolbe, Im.Mrt. (M)
- Bacaan I: Yeh. 2:8–3:4
- Mazmur: Mzm 119:14.24.72.103.111.131; R: 103a
- Injil: Mat. 18:1–5.10.12–14
Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga.
Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.”
Renungan
Jawaban Yesus atas pertanyaan para murid tentang siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga cukup mengherankan. Yesus menunjuk pada keberadaan diri seperti anak kecil sebagai syarat kelayakan bagi siapa yang akan masuk dan menjadi terbesar dalam Kerajaan Allah: Bertobat dan merendahkan diri seperti anak kecil. Sikap jujur, polos, dan tulus ikhlas, yang sering kali kita temukan dalam diri anak kecil, merupakan sikap yang berkenan di hadapan Allah. Oleh karena itu, perlu sekali berupaya untuk menjadikan diri kita bersikap jujur, tulus, dan polos di hadapan Allah.
Allah selalu menghendaki agar hidup kita baik. Semestinya menjadi harapan dan kerinduan kita senantiasa untuk bisa hidup baik di hadapan Allah dan sesama. Namun demikian, harus disadari bahwa keterbatasan dan kelemahan sebagai manusia memungkinkan untuk jatuh dalam kesalahan dan dosa. Justru karena kesadaran inilah, kita perlu terus-menerus membarui diri melalui pertobatan. Membarui diri terus-menerus melalui pertobatan hendaknya menjadi cara dan sikap hidup kita di hadapan Allah. Allah gembira dan menyambut dengan sukacita bagi kita yang senantiasa mau bertobat.
Allah Bapa yang mahabaik, aku selalu berharap pertolongan-Mu untuk memampukan aku membangun kehidupan yang lebih baik. Ingatkanlah aku selalu untuk setia dan jujur membarui diri sehingga aku hidup pantas dan berkenan bagi-Mu. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2012
Labels:
Renungan harian,
Ziarah Batin
Jumat, Agustus 10, 2012
10 Agustus 2012
Pekan Biasa XVIII
Pesta St. Laurensius, Diakon & Martir (M)
- Bacaan I: 2Kor. 9:6–10
- Mazmur: Mzm 112:1–2.5–6,7,8, 9; R: 5a
- Injil: Yoh. 12:24–26
Renungan
Pesta Santo Laurensius, Diakon dan Martir, hari ini merupakan kesempatan baik bagi kita untuk mengenangkan semangat pengabdiannya yang tangguh kepada Gereja. Ia melindungi harta milik Gereja dari perampokan dan perampasan, kemudian membagikan kepada orang-orang miskin. Ia sangat perhatian kepada orang-orang miskin dan menganggapnya sebagai kekayaan Gereja. Ia gugur sebagai martir dengan meninggalkan contoh yang luhur kepada kita, yakni keteguhan dalam mengabdi Gereja dan kecintaannya kepada orang-orang miskin yang membutuhkan pertolongan. Dua hal yang amat penting untuk dimiliki dan dihayati sebagai panggilan oleh seluruh warga Gereja.
Paulus memberikan peneguhan agar pemberian diri, pengabdian dan pelayanan kita didasarkan pada kasih, dilakukan dengan sukacita, bukan karena terpaksa. Melayani dan mengasihi orang lain terutama mereka yang miskin dan berkekurangan merupakan panggilan dari Tuhan dan sekaligus kesempatan yang indah bagi kita untuk membalas kebaikan Tuhan yang lebih dahulu melayani dan mengasihi kita. Melayani dan mencintai sesama yang membutuhkan berarti melayani dan mencintai Tuhan. Di mana ada kita sebagai pengikut Kristus Tuhan, di situ ada kasih dan pelayanan.
Ya Allah, dengan rendah hati aku mohon, berkenanlah memampukan aku untuk melayani dan mencintai orang lain, terutama mereka yang membutuhkan seturut teladan Santo Laurensius. Janganlah biarkan aku lupa atau lalai mengabdi-Mu dan sesama karena kesibukan atau kemalasanku. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2012
Labels:
Renungan harian,
Ziarah Batin
Jumat, Agustus 03, 2012
3 Agustus 2012
Pekan Biasa XVII (H)
St. Stefanus I, Paus
- Bacaan I: Yer. 26:1-9
- Mazmur: Mzm 69:5.8–10.14; R: 14c
- Injil: Mat. 13:54–58
Renungan
Kejadian yang menimpa Yeremia sangat ironis. Upayanya menyampaikan firman Tuhan sebagai koreksi dan kritik atas perilaku yang menyimpang dari penduduk Yehuda justru ditentang dan ditolak. Yeremia diusir bahkan diancam untuk dibunuh. Hal yang sama juga dialami oleh Yesus. Orang-orang sekampungnya tidak menghargai kehadiran dan pengajaran-Nya hanya karena orangtua-Nya yang sudah dikenal sebagai tukang kayu dan saudara-saudara-Nya orang biasa-biasa saja. Betapa tidak, kesombongan dan keangkuhan selalu menjadi penyakit kronis dan penghalang bagi tercipta atau terwujudnya kebaikan dan keselamatan.
Jika hidup kita mau berkembang dan maju ke arah yang lebih baik maka salah satu sikap yang harus dimiliki adalah kerelaan dan kerendahan hati mendengarkan koreksi atau kritik dari orang lain. Koreksi dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan, apalagi kalau kita menyadari sebagai manusia yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Apabila ada saudara atau rekan, bahkan orang yang kurang kita kenal memberikan koreksi atas kekeliruan kita, maka kita harus bersyukur. Koreksi kita terima bukan hanya sebagai bentuk kepedulian orang lain kepada kita melainkan sebagai berkat yang sungguh kita butuhkan.
Ya Allah yang mahabaik, mampukanlah aku selalu rendah hati dan rela mendengarkan koreksi dan kritik dari saudara-saudariku, karena hanya dengan demikian aku akan berkembang ke arah yang lebih baik dalam kehidupanku. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2012
Labels:
Renungan harian,
Ziarah Batin
Kamis, Agustus 02, 2012
2 Agustus 2012
Pekan Biasa XVII (H)
St. Eusebius Vercelli; B. Petrus Feber; St. Petrus Yulianus Eymard
- Bacaan I: Yer. 18:1–6
- Mazmur: Mzm 146:2abc,2d–4,5–6
- Injil: Mat. 13:47–53
Renungan
Kepada Bangsa Israel, Tuhan menyatakan diri sebagai Allah yang komit dan setia dalam membentuk dan membimbing umat-Nya, melebihi kesetiaan dan komitmen tukang priuk dalam pekerjaannya. Sikap Tuhan yang demikian ada sejak dulu, sekarang, dan selama-lamanya. Kesadaran akan kebaikan Allah yang demikian harus selalu ada dalam hidup kita. Kesadaran akan kesetiaan dan kebaikan Tuhan kepada kita harus menjadi pendorong yang kuat dari diri kita untuk semakin percaya dan setia kepada-Nya.
Kepercayaan dan kesetiaan kepada Tuhan merupakan jalan yang lebar menuju Kerajaan Surga. Memang keselamatan manusia terutama karena cinta dan belas kasih Tuhan. Namun, kesetiaan dan kepercayaan serta hidup baik di hadapan-Nya menjadikan kita semakin pantas untuk berharap dan berkeyakinan dipilih oleh Tuhan untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga dan bukan sebaliknya dibuang dari hadapan-Nya. Bagaimana kepercayaan dan kesetiaan kita kepada Tuhan saat ini?
Allah yang setia dan penuh belas kasihan, semoga berkat-Mu aku nikmati sehingga memampukan aku untuk semakin setia dan percaya kepada-Mu, dan karenanya aku akan beroleh keselamatan. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2012
Labels:
Renungan harian,
Ziarah Batin
Langganan:
Postingan (Atom)